Video : Mata yang Enak Dipandang
Mata Orang-orang yang Suka Memberi
Judul : Mata yang Enak Dipandang
Tahun : 2014
Sutradara : Santosa Amin
Pemain : Arief Lintau Darwies, Ujang GB
Film pendek ini diadaptasi dari salah
satu cerita berjudul serupa dalam buku kumpulan cerpen karya Ahmad Tohari yang
disutradarai oleh Santosa Amin. Film ini digarap dalam rangka mengikuti
kompetisi Film Pendek Books on Screen 2014 yang diadakan Gramedia Pustaka Utama
diulang tahunnya yang ke-40.
Cerita berawal dari suatu hari yang
cerah, ada seorang laki-laki berjas yang membeli materai di warung pedagang
kaki lima. Ketika pedagang tersebut melihat wajah laki-laki berjas itu, ia
teringat masa lalunya saat masih menjadi penuntun pengemis.
Pedagang itu adalah Tarsa, seorang
penuntun pengemis buta bernama Mirta. Suatu siang sehabis mengemis, Tarsa
mengeluhkan susahnya mendapatkan uang dari orang-orang. Ia mengusulkan untuk
menyewa bayi agar orang lebih iba pada Mirta saat mengemis. Mirta tidak setuju,
malah ia ingin berhenti menjadi pengemis. Tarsa lalu mengejek Mirta dan
mengatakan bahwa orang seperti Mirta bisa mati kalau berhenti mengemis.
Tokoh Tarsa bersifat egois, hal ini
dibuktikan ketika Tarsa memaksa Mirta membelikannya es limun padahal hari itu
belum dapat hasil mengemis. Hal itu meninggalkan kesan yang sedikit menyebalkan
dari tokoh Tarsa. Tokoh Mirta sebenarnya juga bukan tokoh yang pasrah ketika
sedang ditindas Tarsa, dibuktikan dengan tidak segannya Mirta membalas
perkataan kasar Tarsa.
Hari itu, Mirta menolak mengemis di
kereta karena malas. Tarsa pun menyalahkan Mirta karena tidak pandai mengemis.
Mirta balas menyalahkan Tarsa, dibilangnya Tarsa tidak pandai membedakan mana
orang yang mau memberi dan yang tidak. Tarsa protes tentang bagaimana cara mengetahui
hal seperti itu. Mirta mengatakan, menurut penuntunnya terdahulu sebelum Tarsa,
orang yang suka memberi matanya enak dipandang. Tarsa melihat para penumpang
kaya yang baru turun dari kereta dan mengajak Mirta mengemis pada mereka. Tapi
Mirta menolak, ia yakin mereka bukan orang yang matanya enak dipandang.
Saat kondisinya semakin lemah, Mirta
memberikan tas bawaannya pada Tarsa kemudian ia meninggal. Adegan saat Tarsa
menangis dan mengguncang-guncang Mirta, sementara orang-orang yang lewat
berhenti untuk sekedar menonton. Adegan ini membuat terpiuh hati penonton
apalagi ketika musik masuk.
Film pendek ini memvisualisasikan cerpen
aslinya dengan cukup baik dengan perubahan disana-sini. Dalam cerpen tidak
diceritakan bagaimana nasib Tarsa setelah Mirta meninggal, dimana dalam film
Tarsa menjadi pedagang kaki lima.
Walaupun para pemeran bukanlah artis
terkenal, mereka dapat memerankan peran Mirta dan Tarsa dengan luwes dan
natural. Properti yang digunakan sudah pas. Hanya saja, ada beberapa adegan
yang pengambilan sudut kameranya yang kurang pas sehingga kurang nyaman saat
menonton. Kualitas suaranya sedikit kurang, hampir semua adegan suaranya
timbul-tenggelam. Musiknya bagus dan cocok dengan filmnya. Secara keseluruhan
film ini pantas menjadi jawara dalam kompetisi Film Pendek Books on Screen 2014.
“...orang yang suka memberi itu,
matanya.. enak dipandang..”
Mata adalah jendela hati, dan kutapan
kalimat di atas menegaskan bahwa mata orang dermawan itu berbeda dari mata yang
lain, yaitu matanya enak untuk dipandang. Dan mata orang yang “enak” dipandang
tersebut bisa dilihat secara telanjang mata oleh orang lain (yang melek). Hal
ini menunjukan bahwa siapa saja (yang melek) bisa membedakan mana orang yang
suka memberi dan mana yang tidak.
No comments:
Post a Comment