Sunday 26 April 2015

Teks Ulasan Film Pendek : Mata yang Enak Dipandang






Mata Orang-orang yang Suka Memberi
Judul             : Mata yang Enak Dipandang
Tahun            : 2014
Sutradara      : Santosa Amin
Pemain          : Arief Lintau Darwies, Ujang GB


Film pendek ini diadaptasi dari salah satu cerita berjudul serupa dalam buku kumpulan cerpen karya Ahmad Tohari yang disutradarai oleh Santosa Amin. Film ini digarap dalam rangka mengikuti kompetisi Film Pendek Books on Screen 2014 yang diadakan Gramedia Pustaka Utama diulang tahunnya yang ke-40.
Cerita berawal dari suatu hari yang cerah, ada seorang laki-laki berjas yang membeli materai di warung pedagang kaki lima. Ketika pedagang tersebut melihat wajah laki-laki berjas itu, ia teringat masa lalunya saat masih menjadi penuntun pengemis.
Pedagang itu adalah Tarsa, seorang penuntun pengemis buta bernama Mirta. Suatu siang sehabis mengemis, Tarsa mengeluhkan susahnya mendapatkan uang dari orang-orang. Ia mengusulkan untuk menyewa bayi agar orang lebih iba pada Mirta saat mengemis. Mirta tidak setuju, malah ia ingin berhenti menjadi pengemis. Tarsa lalu mengejek Mirta dan mengatakan bahwa orang seperti Mirta bisa mati kalau berhenti mengemis.
Tokoh Tarsa bersifat egois, hal ini dibuktikan ketika Tarsa memaksa Mirta membelikannya es limun padahal hari itu belum dapat hasil mengemis. Hal itu meninggalkan kesan yang sedikit menyebalkan dari tokoh Tarsa. Tokoh Mirta sebenarnya juga bukan tokoh yang pasrah ketika sedang ditindas Tarsa, dibuktikan dengan tidak segannya Mirta membalas perkataan kasar Tarsa.
Hari itu, Mirta menolak mengemis di kereta karena malas. Tarsa pun menyalahkan Mirta karena tidak pandai mengemis. Mirta balas menyalahkan Tarsa, dibilangnya Tarsa tidak pandai membedakan mana orang yang mau memberi dan yang tidak. Tarsa protes tentang bagaimana cara mengetahui hal seperti itu. Mirta mengatakan, menurut penuntunnya terdahulu sebelum Tarsa, orang yang suka memberi matanya enak dipandang. Tarsa melihat para penumpang kaya yang baru turun dari kereta dan mengajak Mirta mengemis pada mereka. Tapi Mirta menolak, ia yakin mereka bukan orang yang matanya enak dipandang.
Saat kondisinya semakin lemah, Mirta memberikan tas bawaannya pada Tarsa kemudian ia meninggal. Adegan saat Tarsa menangis dan mengguncang-guncang Mirta, sementara orang-orang yang lewat berhenti untuk sekedar menonton. Adegan ini membuat terpiuh hati penonton apalagi ketika musik masuk.
Film pendek ini memvisualisasikan cerpen aslinya dengan cukup baik dengan perubahan disana-sini. Dalam cerpen tidak diceritakan bagaimana nasib Tarsa setelah Mirta meninggal, dimana dalam film Tarsa menjadi pedagang kaki lima.
Walaupun para pemeran bukanlah artis terkenal, mereka dapat memerankan peran Mirta dan Tarsa dengan luwes dan natural. Properti yang digunakan sudah pas. Hanya saja, ada beberapa adegan yang pengambilan sudut kameranya yang kurang pas sehingga kurang nyaman saat menonton. Kualitas suaranya sedikit kurang, hampir semua adegan suaranya timbul-tenggelam. Musiknya bagus dan cocok dengan filmnya. Secara keseluruhan film ini pantas menjadi jawara dalam kompetisi Film Pendek Books on Screen 2014.
“...orang yang suka memberi itu, matanya.. enak dipandang..”
Mata adalah jendela hati, dan kutapan kalimat di atas menegaskan bahwa mata orang dermawan itu berbeda dari mata yang lain, yaitu matanya enak untuk dipandang. Dan mata orang yang “enak” dipandang tersebut bisa dilihat secara telanjang mata oleh orang lain (yang melek). Hal ini menunjukan bahwa siapa saja (yang melek) bisa membedakan mana orang yang suka memberi dan mana yang tidak.


No comments:

Post a Comment